Si Kasep

” Sampurasun … ” terdengar suara salam lantang dari kejauhan.

” Rampes … ” balas kami berdua.

Pada saat itu waktu menunjukkan pukul 23.47 dimana saya dan uyut sedang bercengkerama dan berdiskusi banyak hal tentang kehidupan di teras padepokan. Sosok lelaki muda tinggi besar dengan wajah tampan bersih bak model lengkap dengan jaket kulit datang di tengah kegelapan malam. Rupanya lelaki tersebut datang dengan berjalan kaki karena kami tidak mendengar sama sekali suara deruan kendaraan.

Tetapi Uyut terus saja meneruskan pembicaraan kami yang sempat terputus dengan suara salam lelaki muda tersebut dan tidak menghiraukan kehadiran lelaki tersebut apakah disuruh duduk atau masuk ke dalam rumah. Lelaki tersebut seperti hormat sekali dan mengerti sikap uyut tersebut.

Sambil berbincang-bincang dengan uyut, sesekali saya memperhatikan lelaki tersebut. Lelaki tersebut duduk di atas lutut dengan tubuh menunduk dan tangannya menyentuh lantai seperti orang sedang menyembah. Ya, menyembah. Sungguh aneh.

Tetap saja uyut meneruskan pembicaraan dengan saya dengan menghabiskan beberapa batang rokok Djie Sam Soe kesukaannya. Tanpa terasa kami telah berdiskusi selama 40 menit dan uniknya posisi lelaki tersebut tetap dalam posisi menyembah tanpa berbicara apapun.

” Yut, kok pria tersebut tidak disuruh masuk ke dalam rumah saja ? Di luar dingin sekali, Yut. ” tanya saya.

” Sudah  Cech, biarin aja. Dia sudah terbiasa begitu kok kalau datang ke sini ” ujar Uyut.

Baru 3 menit kemudian Uyut memanggil lelaki tersebut.

” Sep, ada apa kamu datang ke sini ? ” tanya Uyut tiba- tiba.

” Begini kakek buyut, saya mau minta ijin ” ujar lelaki tersebut dengan posisi tetap menyembah.

” Ijin apa, Sep ? ” tanya uyut.

” Selama 3 bulan ini saya tinggal di kota. Saya senang dan betah tinggal di kota. Jadi saya mohon agar Kakek Buyut memberikan ijin kepada saya untuk selamanya tinggal di kota dan tidak disuruh balik ke tempat asal ” terang lelaki tersebut.

” Ohhh gitu, jadi kamu dah senang tinggal di kota. Dasar dunia hehehehehe… ” tegas uyut sambil tertawa.

” Iya kakek buyut, Saya suka sekali dengan kehidupan kota “

” Soklah, kalau kamu senang, Uyut mah tidak bisa melarang… “

” Terima kasih…. terima kasih… terima kasih Yuttttttttttt !!! ” tampak lelaki tersebut gembira tapi tetap dalam kondisi menyembah.

” Ya, sudah. Pergi sana !!! ” perintah Uyut.

Lelaki tersebut berjalan mundur dan berbalik arah kemudian berdiri dan berjalan ke luar pintu gerbang padepokan. Hilang sekejap dalam kesunyian malam tetapi terdengar sekali suara salam pada saat kedatangan.

” Sampurasun…. !!!! “

Aneh dalam pikiran saya. Siapakah gerangan lelaki muda berperwakan tinggi, tampan dan sangat cocok menjadi model pakaian maupun iklan.

” Aneh ya Cech ? Hehehehehe ” tanya Uyut.

” Benar-benar aneh. Ganteng-ganteng kok gitu hahahaha “

” Dia itu Si Kasep. Anak buah Uyut dahulu kala. ” terang Uyut.

” Ohh gitu. Pantesan saja sikapnya selalu menyembah Uyut “

” Dia itu dulunya tinggal di Gunung Pongkor, Bogor. Emang Uyut sudah lama tahu kalau dia tidak tinggal lagi di situ dan pindah ke kota. “

” Tapi kok aneh sekali kalau melihat pola tingkah Si Kasep “

” Tidak usah merasa aneh Cech. Si Kasep itu khan bukan manusia, dia itu sebenarnya jelmaan Maung hehehehehe “

” Hah ??? Jelmaan Maung ? ” sayapun terkejut mendengar jawaban Uyut.

” Ya, penunggu  Gunung Pongkor. Ganteng khan anak buah Uyut ?! Bintang film mah kalah hahahaha “

” Terus kalau di kota wujud masih seperti itu ? ” tanya saya.

”  Ya seperti itu. Ya sudah begini saja suatu saat saya akan suruh dia datang ke rumahmu dan menunjukkan wujud aslinya. Bagaimana ? ” tanya Uyut.

” Si Kasep datang ke rumah ? Jangan deh Yut jangan. Takut !!! ” seluruh tubuh langsung merinding.

Sungguh pengalaman aneh di malam hari. Sep… Kasep…