Touring Ranca Upas Yang Layak Dikupas

13932914_10209839314323256_3668599575397666325_n
Dok. Forescom 2016

” Cech, tanggal 20-21 Agustus 2016 Forescom akan mengadakan Touring ke Ranca Upas, Bandung. Ikut Cech ? ” Begitulah ajakan kawan Edi Sembiring, salah satu pengurus Forescom sehari setelah saya melakukan registrasi keanggotaan Forescom. Saat itu saya belum memberikan jawaban karena pada tanggal tersebut saya dan istri ada acara ke Kamojang, Garut.

Ada sih keinginan untuk ikut serta dalam acara touring tersebut karena acara tersebut saya dapat jadikan silaturahim awal sebagai anggota baru untuk berkenalan dengan kawan-kawan Forescom. Dua hari setelah pembicaraan dengan Kawan Edi Sembiring, saya mendapatkan info bahwa touring diundur minggu depannya yaitu tanggal 27-28 Agustus 2016. Dengan mundurnya acara tersebut memberikan kemungkinan besar bagi saya untuk ikut serta. Melalui WA Group Chapter Bandung, saya mendapatkan informasi bahwa saya dapat menghubungi Om Chandra untuk mendapatkan penjelasan yang lengkap dan bagaimana cara melakukan pendaftaran. Tanpa pikir panjang segera saya menghubungi Om Chandra dan mentransfer uang pendaftaran.

Awalnya saya pikir dari chapter Bandung bukan hanya saja yang turut serta karena beberapa hari menjelang hari H, beberapa teman chapter Bandung terlihat antusias. Saya senang sekali dapat bertemu teman-teman dari chapter Bandung. Tetapi pas hari H, hanya saya saja dari chapter Bandung. Walaupun demikian saya tetap semangat untuk ikut karena tujuan utama saya adalah silaturahim awal dengan komunitas Forescom.

Sesuai pembicaraan saya dengan Om Chandra via WA, titik kumpul saya dengan rombongan touring adalah exit toll Moh. Toha Bandung. Sebelum jam 8 pagi, saya sudah tiba di lokasi tersebut. Menunggu kurang lebih 20 menit, beberapa mobil rombongan Forescom keluar tol Moh. Toha. Salah satu mobil mendekati saya, rupanya mobil Om Chandra dan meminta saya untuk bersiap diri.

Sebagai Newbie, saya tidak terlalu banyak bertanya, hanya mengamati dan mengikuti jalannya mobil rombongan di depan saya. Sesekali saya berbicara dengan beberapa anggota Forescom pada saat rombongan berhenti sejenak. Penilaian awal saya terhadap teman-teman Forescom adalah baik dan interaktif.

Setelah berjalan lebih dari satu jam, rombongan tiba di Situ Cileunca. Satu per satu mobil parkir teratur di lokasi parkir yang besar Situ Cileunca. Terus terang saya baru pertama kali ke tempat ini. Sebelum kami mulai mencari lokasi untuk pemotretan, Panitia meminta kami berkumpul dan melakukan foto bersama baik dengan kamera biasa maupun drone.

DSCN3199
Dok. Cech
DSCN3204
Suasana Situ Cileunca nan terik (dok. Cech)
DSCN3202
Salah satu aktifitas di Situ Cileunca (dok. Cech)
DSCN3206
Aktifitas pemotretan di Situ Cileunca (dok. Cech)

Selanjutnya kami bergerak mendekati situ Cileunca. Hari itu terik sekali matahari, tapi tidak menyurutkan kami untuk melakukan pemotretan. Ada yang memotret pemandangan sekitar situ, ada yang Wefie/Selfie, ngobrol dengan sesama anggota termasuk saya dan lain-lain. Terlihat raut wajah kegembiraan dan lepas dari suasana kepenatan saat aktifitas kerja sehari-hari. Tanpa terasa satu jam terlewati di lokasi tersebut. Kemudian panitia memanggil kami untuk berkumpul dan segera bersiap diri untuk meneruskan perjalanan ke Rumah Bosscha (Malabar Tea House).

Perjalanan menuju Rumah Bosscha terbilang lancar walaupun jalanan hanya cukup untuk dua mobil, berliku, melewati pedesaan dengan kebun teh khasnya dan beberapa area jalan yang tampak rusak tapi tidak menghalangi rombongan Forescom. Kurang lebih satu jam perjalanan menuju Rumah Bosscha. Awalnya saya pikir rumah Bosscha terletak di Lembang (Utara Bandung, teringat teropong Bosscha) ternyata rumah Bosscha adalah tempat tinggal Bosscha dikelilingi oleh perkebunan teh yang sejuk dan indah serta termasuk dalam wilayah Kabupaten Bandung (selatan Bandung) dekat sekali dengan daerah Pengalengan.

DSC_0001
Kebun Teh dekat Rumah Bosscha (dok. Cech)
DSC_0002
Berhenti sejenak sebelum masuk ke Rumah Bosscha (dok. Cech)
DSCN3207
Lokasi parkir Rumah Bosscha (dok. Cech)
DSC_0005
Kumpul lagi setelah makan siang untuk sesi pemotretan (dok. Cech)

Sekarang Rumah Bosscha merupakan bagian dari  Wisma Malabar, lokasinya di atas bukit dan dikeliling oleh perkebunan teh Malabar milik PT. Perkebunan Nusantara VIII – Malabar. Wisma Malabar menjadi sebuah penginapan nan asri dan sejuk. Dengan harga yang cukup di atas rata-rata dibanding penginapan lain di Pangalengan, Wisma Malabar ini memang menawarkan lokasi dan pemandangan yang indah. Harga per kamar untuk tipe twin bed room : 450 ribu IDR / malam, termasuk sarapan nasi goreng untuk 2 orang. tidak ada fasilitas berlebihan di dalam kamarnya, ada tv kecil, bathtub/shower dengan air panas, handuk, toiletries. Rumah Boscha merupakan rumah tua peninggalan K.A.R. Bosscha, seorang Belanda yang mendirikan pertama kali kebun teh di wilayah Malabar.

Dua jam kami berada di Wisma Malabar. Aktifitas yang dilakukan adalah makan siang, shalat dhuhur dan menunggu satu mobil dari Bekasi yang datang terlambat sehingga jumlah mobil yang ikut serta lengkap 25 mobil dengan total peserta 45 orang. Selain itu ada pemotretan bersama untuk dokumentasi.

Dari Rumah Bosscha, perjalanan dilanjutkan menuju lokasi utama touring camp yaitu Ranca Upas. Rombongan membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Setibanya di Ranca Upas hari sudah mendekati senja. Segeralah kami parkir mobil mendekati tenda tempat kami menginap. Ada 2 tenda yang sudah berdiri  yaitu tenda untuk pria dan wanita. Pada saat itu lokasi camp dikelilingi oleh beberapa tenda kecil yang sudah berdiri sebelum kedatangan kami. Suasana lokasi sangat ramai.Tapi yang terpenting bagi saya adalah kamar mandi. Ternyata kamar mandi banyak sekali didirikan sehingga tidak menyusahkan pengunjung saat ingin buang hajat atau mandi.

Baru saja memasuki tenda, cuaca mulai mendung dan hujan rintik-rintik. Karena perut terasa lapar, saya pergi ke warung depan. Sesampainya di warung saya memesan Indo Mie Telur dan memakan beberapa gorengan sambil menikmati kopi susu. Beberapa menit kemudian, satu anggota Forescom yaitu Om Ikhtiar tiba di warung dan memesan menu yang sama dengan saya. Rupanya Om Ikhtiar kelaparan juga. Setelah itu hujan turun dengan lebatnya. Wahh… langsung kami berpikir rencana latihan pemotretan malam hari bakal dibatalkan karena hujan.

2 jam kami di warung dan hujan mulai berhenti, tiba-tiba panitia Forescom termasuk Ketum Om Dudi datang ke warung. Rupanya mereka kelaparan juga. Sambil menikmati wedang jahe dan gorengan, kami ngobrol ngalor-ngidul dengan diselingi tawa dan canda. Setelah itu kami memutuskan untuk menyalakan api unggun dan melakukan sesi pelatihan memotret malam hari (yang utama adalah pelatihan foto Steel Wool)

FB_IMG_1472442447697
Suasana pelatihan pemotretan di malam hari (dok. Forescom)
FB_IMG_1472442458889
Teknik pemotretan dengan kombinasi tulisan dan gambar (dok. Forescom)
14080028_10209976509873059_5333958485918599863_n
Steel Wool (dok. Forescom)

Malam makin larut dan penat tak tertahankan sehingga tubuh ini butuh istirahat. Saya segera menuju tenda penginapan dan tertidurlah. Tepat jam 4 pagi saya terbangun. Setelah beberes kasur, selimut dan tas bawaan, segera saya bawa ke mobil. Kemudian saya pergi ke warung semalam untuk menikmati kopi di pagi hari. Jam 7 pagi semua peserta sudah terbangun. Ada yang langsung makan pagi, mandi dan hunting foto di sekitaran Ranca Upas. Rupanya semangat melakukan pemotretan masih tinggi. Walaupun tanah becek tetap tidak menghalangi aktifitas pemotretan.

DSCN3214
Suasana parkiran mobil di pagi hari (dok. Cech)
DSCN3221
Tenda-tenda yang berdiri dekat tenda Forescom di pagi hari (dok. Cech)
DSCN3217
Candid Camera pasangan yang sedang melakukan foto Pre-wedding (dok. Cech)
DSCN3218
Om Chandra tampak serius dengan hapenya (dok. Cech)
DSCN3220
Om Ikhtiar asyik dengan kameranya (dok. Cech)
FB_IMG_1472442428415
Foto bersama sebelum meninggalkan Ranca Upas (dok. Forescom)

Setelah perut kenyang, pemotretan, pemberian hadiah kepada pemenang foto  sepanjang perjalanan dan mobil satu per satu dapat melewati jalan yang becek maka selanjutnya perjalanan menuju Situ Patenggang sebagai destinasi terakhir.

Kembali rombongan bergerak teratur menuju Situ Patenggang yang melewati jalan berkelok dengan sisi kebun teh yang asri. Kurang lebih satu jam kami tiba di Situ Patenggang. Terlihat dengan jelas hamparan situ nan indah dari atas bukit, tempat parkir berada. Segeralah kami menyebar dan melakukan aksi pemotretan di areal Situ Patenggang.

DSCN3222
Rumah makan berbentuk kapal tradisional di atas bukit (dok. Cech)
DSCN3229
Pemandangan Situ Patenggang dari atas rumah makan (dok. Cech)
DSCN3228
Model kamar penginapan dekat Situ Patenggang (dok. Cech)
DSCN3223
Toilet nan bersih di Situ Patenggang (dok. Cech)

Hari mulai siang, perjalanan dilanjutkan menuju rumah makan Sindang Barang sebelum pembubaran acara touring camp dan kembali ke rumah masing-masing. Setelah makan siang dan rehat yang cukup maka Om Ketum membubarkan acara touring camp yang dianggap sukses sekaligus memberi informasi kegiatan selanjutnya di Jawa Timur. Bagi saya, touring camp merupakan wahana yang baik untuk menambah persaudaraan dan meningkat silaturahim bagi para pemilik mobiil Ford Ecosport. Walaupun awalnya saya agak heran mengapa panggilan kepada anggota pria adalah om dan wanita adalah tante. Tetapi bagi saya tidak masalah karena mungkin panggilan tersebut untuk mempererat persaudaran komunitas. Berharap agar kegiatan Forescom berikutnya dapat diikuti oleh seluruh anggota komunitas ini.

Ranca Upas layak dikupas
Bagai kipas
Angin terhempas
Letih lelah menjadi impas
Tawa bahagia tampak puspas
Tak ada ampas
Semuanya terasa pas