Tak Ada Gelas, Batok Kelapapun Jadilah

Biasanya manusia kalau sudah kepepet maka timbullah kreatifitas yang ada dalam dirinya. Ini saya alami pada saat tinggal di Sanghyang Sirah selama 10 hari. Daerah tanpa aliran listrik, masuk dalam Taman Nasional Ujung Kulon, tidak ada sinyal untuk komunikasi dan hanya penziarah yang pergi-pulang (hanya 1 hari) saja bisa dimintai tolong untuk menjual barang-barang bawaannya seperti kopi, gula, mie instan, rokok dan lain-lain. Walaupun kebanyakan para penziarah secara sukarela dan berbaik hati memberikannya secara gratis.

penerangan dengan minyak tanah, asbak dari kerang, dan wadah minuman dari sampah botol (dok.pribadi)

Dengan keterbatasan yang ada maka mau tidak mau saya dan teman-teman harus mampu mencari solusi bersama-sama untuk mengatasi kendala yang ada. Salah satunya adalah masalah wadah untuk minum atau gelas. Memang ada banyak gelas yang berserakan di dekat tempat masak tapi kondisinya sangat memprihatinkan yaitu gelas plastik yang sudah berwarna hitam, kotor dan menjijikkan. Walaupun sudah dicuci bersih tetap saja warna hitam kelamnya sudah dibersihkan dan masih tercium bau anyir sehingga mengurangi selera minum kami.

Akhirnya kami bisa menemukan pengganti gelas-gelas kotor tersebut yaitu dengan batok kelapa. Ya batok kelapa. Batok kelapa ini berasal dari buah kelapa yang ada di pinggir pantai dan sepertinya sampah dari sebuah pulau atau daerah yang terbawa oleh air laut. Perlu diketahui di sekitar Sanghyang Sirah jarang ditemukan pohon kelapa. Kalaupun ada tempatnya jauh sekali dan memerlukan waktu berjalan kaki selama 45 menit karena harus menaiki sebuah bukit yang berupa hutan yang masih banyak binatang buasnya.

Oleh Kang Mamat dan Kang Ujut, sampah buah kelapa dipilih secara teliti terutama dilihat bentuk buah kelapanya agar diperoleh batok kelapa yang kuat, bentuknya bagus dan tua, Kemudian buah kelapa dibersihkan sabutnya sehingga tampak batok kelapanya. Sabut kelapa yang disisakan hanya pada bagian bawah untuk tatakan. Selanjutnya batok kelapa dipotong dengan menggunakan gergaji yang memang sengaja dibawa sekitar 1/3 bagian dan isi kelapanya dibuang hingga bersih. Setelah bersih bagian dalamnya selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari selama 1 hari.

Menariknya, batok kelapa yang dijemur seharian tersebut menyemburkan bau gurih seperti minyak kelapa yang digoreng. Untuk itu kami cuci dengan air sampai bersih. Setelah itu dituangkan air panas ke dalam batok kelapa dan didiamkan sampai dingin dan batok kelapa dapat langsung dipakai untuk wadam minuman. Ternyata menggunakan batok kelapa untuk wadah minuman terutama minuman kopi memberikan aroma yang menyegarkan dan kopi terasa gurih. Rasa gurih lebih disebabkan oleh masih adanya kandungan minyak kelapa yang masih tertinggal di batok kelapa walaupun telah dibersihkan.

Kang Ujut dan Kang Mamad sedang mengerjakan pembuatan wadah minuman dari batok kelapa (dok.pribadi)

Mengeluarkan isi buah kelapa (dok.pribadi)
digergaji kembali untuk mendapatkan ukuran yang sesuai (dok.pribadi)
dilihat kembali apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan (dok.pribadi)
batok kelapa dijemur dan siap dipakai (dok.pribadi)

Ternyata minum dengan menggunakan batok kelapa sungguh mengasyikkan dan eksotis. Selamat mencoba dan menikmati.

NB: kedelapan batok kelapa untuk wadah minuman tetap kali tinggalkan di sana supaya bisa dipakai oleh para penziarah atau dapat dijadikan contoh apabila para penziarah kekurangan wadah untuk minum

2 respons untuk ‘Tak Ada Gelas, Batok Kelapapun Jadilah

Tinggalkan komentar