Aku boleh dibilang pria yang bahagia dan sungguh beruntung. Walaupun tidak besar tetapi aku masih memiliki usaha dan pabrik. Istriku seorang konsultan pajak yang sukses. Ketiga anak-anakku termasuk anak-anak yang pintar. Ketiganya adalah lulusan Sekolah Kedokteran. Dan aku dipercaya oleh gereja untuk menjadi Ketua Panitia Pendirian Rumah Kepasturan.
Kebahagiaan itu seakan lenyap hanya karena satu peristiwa. Tepatnya hari minggu tanggal 11 Desember 2016. Pada saat itu kami sekeluarga sedang berada di sebuah gereja Katolik wilayah Bandung. Tiba-tiba kami diberitahu oleh tetangga rumah bahwa rumah kami kebakaran. Berita yang sungguh mengejutkan. Segeralah kami bergegas pulang.
Sesampainya di rumah, kami hanya dapat melihat mobil pemadam kebakaran sedang berusaha memadamkan api besar yang melumat rumah kami. Kami tidak dapat berbuat apa-apa dan hanya shock serta bertanya-tanya mengapa musibah ini bisa terjadi. Karena susahnya air maka para petugas kebakaran tidak dapat berbuat banyak untuk menyelamatkan rumah kami. Singkat kata rumah kami ludes terbakar. Istri dan anak-anakku hanya bisa menangis dan tidak percaya dengan apa yang terjadi.
Setelah beberapa saat, api dapat dipadamkan dan situasi dinyatakan aman maka kami diijinkan masuk ke dalam rumah. Tahukah apa yang terjadi? Seluruh harta benda kami terbakar tanpa sisa. Seluruh pakaian kami musnah. Surat-surat berharga seperti surat-surat kendaraan, ijasah anak-anak, paspor jadi abu. Koper berisi uang dengan berbagai mata uang asing yang baru kami ambil dari Safety Deposit Box di bank dua hari yang lalu juga ikut terbakar. Padahal uang uang tersebut kami persiapkan untuk berlibur pada Tahun Baru nanti dan keberangkatan anak kami untuk mengikuti Seminar Kedokteran di Jerman. Selain itu motor Harley Davidson yang kami miliki ikut terbakar tanpa bekas sama sekali.
Yang kami miliki hanya pakaian dan sepatu serta sandal yang dipakai pada saat ke gereja. Kami sudah tidak memiliki apa-apa. Apakah ini cobaa Tuhan ? Mengapa Tuhan melakukan hal ini terhadap keluarga kami ? Perlu diketahui aku adalah ketua Panitia Pendirian Rumah Kepasturan. Aku dan teman-teman gereja bekerja ikhlas sehingga dapat menggalang dana hingga 2,1 Milyar dari dana 3 Milyar yang dibutuhkan untuk pendirian Rumah Kepasturan. Menariknya sebagai ketua, teman-teman gereja sangat berharap kepada saya untuk mewujudkan Rumah Kepasturan tersebut pada akhir tahun, Sementara dana masih kurang 900 juta. Dari mana lagi dana dapat diperoleh sementara saya sedang mengalami musibah besar. Ada apa ini ? Saya berjuang mewujudkan Rumah Kepasturan tetapi rumah kami yang dibangun nol musnah terbakar. Jadi Tuhan maunya apa ? Terbesit pertanyaan marah kepada Tuhan akibat dari peristiwa kebakaran tersebut.
Tetapi dari musibah tersebut banyak peristiwa-peristiwa yang mungkin kami anggap sebagai mukjizat. Pada saat kami memeriksa kembali rumah, ada satu ruangan yang ternyata utuh dan selamat dari kebakaran. Ruangan tersebut adalah ruang tempat kami berdoa setiap hari, Kemudian kami menemukan 2 buah barang yang juga selamat dari kebakaran yaitu Alkitab dan satu buku berbahasa Inggris dengan judul Indonesianya “Kita Tidak Pernah Tahu Apa Yang Tuhan Rencanakan”
Buku tersebut sudah lama saya beli dan belum pernah dibaca karena kesibukan. Setelah saya baca buku tersebut, isinya sungguh mengejutkan yaitu cerita tentang Nabi Ayub. Seorang Nabi Penyabar. Kekuranagan harta benda, menderita sakit yang berkepanjangan, dan bahkan kehilangan nyawa anak-anak beliau, semua itu tidak dapat meruntuhkan benteng keimanan Nabi Ayub. Justru sebaliknya, semua itu semakin menambahkan cinta dan ketaatannya kepada Allah. Beliau senantiasa beribadah kepada Allah, dalam keadaan suka maupun duka, sehat maupun sakit, dan kaya maupun miskin.
Kok nasib keluarga kami mirip sekali dengan yang dialami oleh Nabi Ayub. Seorang Pastur sempat mengingatkan bahwa peristiwa kebakaran tersebut bukanlah cobaan dari Tuhan tetapi bagian dari Peristiwa Sedih keluarga kami yang harus dilewati dengan tabah dan sabar. Kisah Nabi Ayub tersebut mengubah penilaian Kami terhadap Tuhan dan makin mengekalkan keimanan kami kepada Nya.
Dari kekal iman kami tersebut, beberapa masalah yang timbul dari akibat kebakaran satu per satu dapat diselesaikan. Sepertinya petunjuk Tuhan terasa mudah diberikan kepada kami sekeluarga. Dana Rumah Kepasturan yang kurang, sebelum akhir tahun 2016 dapat terpenuhi dan segera diwujudkan pembangunannya. Keinginan istri saya untuk menyediakan konsumsi bagi jemaat gereja pada saat natal nanti dapat direalisasikan. Pada awalnya istri saya bingung bagaimana memenuhi janjinya tersebut, ternyata pada saat kebingungan tersebut tanpa sengaja istri menemukan satu angpao berisi uang dari klien pajaknya sebagai tanda terima kasih karena dibantu pengurusan Tax Amnesty. Percaya tidak percaya, jumlah uang untuk konsumsi Natal persis sama dengan jumalh uang dalam Angpao.
Untuk tempat tinggal, saya tidak percaya karena banyak sekali teman yang memberikan rumahnya sebagai tempat tinggal kami sementara secara gratis sampai rumah kami yang terbakar dibangun kembali. Selain itu anak kami yang berencana mengikuti Seminar Kedokteran di Jerman dimudahkan pengurusan paspor baru sebagai pengganti paspor yang musnah terbakar oleh pihak Imigrasi. Dan peristiwa lainnya adalah anak kami yang lain mendapatkan beasiswa Spesialis Mata di salah satu Universitas Negeri di Bandung tanpa dipungut bayaran sama sekali. Masih banyak mukjizat kehidupan yang kami peroleh setelah peristiwa kebakaran tersebut.
Dan terakhir hasil pengekalan iman kami sekeluarga kepada Tuhan, saat ini rumah kami yang terbakar, dibangun kembali dan 90 % sudah berwujud Rumah Impian kami. Satu hal Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan kita tidak pernah tahu apa yang Tuhan rencanakan.
NB: tulisan ini berdasarkan kisah nyata yang dialami dan diceritakan oleh seorang teman penulis