Kabau : Makanan Raja-Raja

Kemarin Sabtu tanggal 4 Januari 2012 (mengikuti saran menulisnya Kang Pepih), saya menuliskan sebuah status di Facebook seperti ini

” lagi kangen ama KABAU… ” (sambil colek kawan Mays)

Dan kawan Mays langsung menjawabnya dengan mantap.

” ahahahaha! keren abis yang dikangeni ahahahaha “

Dari sekian banyak Kompasianers, mungkin belum banyak yang mengetahui Kabau kecuali  kawan Mays yang pernah antusiasnya menceritakan betapa nikmatnya makan Kabau pada saat Kopdar yang lalu. Walaupun kami sering berseteru dalam hal “Ora Urus“, kalau sudah bicara Kabau maka kami sepakat bahwa Kabau layak diangkat sebagai kuliner nusantara nomor wahid. Konon kabau adalah makanan raja-raja di Sumatera. Itu kata kami lho hehehe…

Kabau (tebetbarat.com)
Kabau (tebetbarat.com)

Ingat Kabau maka ingat almarhum Ibu. Beliaulah yang memperkenalkan Kabau sewaktu saya masih kecil. Kabaudikeprak seperti kerikil dan dicuci sampai bening lalu di goreng garing seperti kerikil goreng. Kabau balado campur teri dan kacang goreng membuat selera makan saya bertambah. Lagi… lagi… dan lagi. Ada cerita menarik tentang kabau, almarhum pernah mengatakan kalau Bung Karno suka sekali dengan Kabau. Ibu mendapatkan cerita tentang ketertarikan Bung Karno terhadap kabau dari Datuk saya yang memang dekat dengan Bung Karno sewaktu pengasingan di Bengkulu dulu.

Kabau memang lain daripada yang lain dan tidak ada kaitannya dengan Minangkabau. Banyak orang sering salah duga kalau mendengar kata kabau maka dengan yakinnya mengatakan “Oooohhh minang kabau ya”. Padahal kabau adalah kabau, makanan eksotis yang memiliki sensasi luar biasa pada saat mengkonsumsinya.

Tanaman kabau tumbuh subur di hutan-hutan Sumatera. Tetapi kabau sangat dikenal oleh masyarakat Sumatera bagian Selatan (Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung dan Jambi). Kabau atau beberapa orang menyebutnya julang jaling/jering hutan/jering tupai adalah lalapan sejenis petai. Kabau berupa   buah yang lonjong seperti buncis mini, tapi kalau dibelah kulitnya berjejer beberapa buah berkulit hitam dan berdaging hijau didalamnya.

Berdasarkan pengalaman, saking nikmatnya mengkonsumsi kabau maka seringkali lepas kontrol sehingga mengakibatkan kaput atau gejala susah buang air kecil. Kabau memiliki kandungan zat kapur yang tinggi sehingga terbawa keluar bersamaan dengan air seni. Nah ini sensasi yang lain dari mengkonsumsi kabau tetapi kaput tidak membuat jera. Tetap saja saya menyukai kabau. Sekali kabau tetap kabau, makanan raja-raja.

NB : Kabau bukanlah kerbau. Banyak orang batak yang tersinggung  kalau bicara dan mendengar kata kerbau di Bengkulu karena setiap pagi orang-orang di Bengkulu selalu berteriak lantang ” Hei, batak kerbau… batak kerbau “. Ini bukan bermaksud menghina suku batak tetapi kata batak di Bengkulu berarti membawa. Jadi ” batak kerbau ” artinya “bawa kerbau” (teriakan sang ayah menyuruh anaknya atau suruhan untuk membawa kerbau ke sawah).

Tinggalkan komentar