Penjual Kopi Keliling

muhammad.zamroni.net/

Pukul 5 pagi, Rahman sudah berada di stasiun kereta api Bogor. Sehari-hari Rahman berjualan kopi di dalam gerbong Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor-Jakarta Kota. Udara pagi itu terasa dingin sekali setelah tadi malam kota Bogor diguyur hujan lebat.

Terdengar suara pengumuman petugas stasiun Bogor kalau KRL jurusan Jakarta segera diberangkatkan. Rahman sudah berada di dalam dan berjalan di setiap gerbong untuk menjajakan kopi panas.

—————

KRl hanya berhenti sebentar di stasiun Depok. Tanpa terasa dagangan Rahman mulai banyak yang membeli. Disamping itu setiap gerbong KRL mulai penuh sesak sehingga Rahman kesulitan untuk berjalan. Stasiun pemberhentian Universitas Pancasila dilewati. Tiba-tiba ada penumpang pria memanggil Rahman. Rupanya ada yang mau membeli kopi panas. Sederalah Rahman mengambil satu sachet kopi hitam+gula dan dituangkannya ke gelas plastik. Baru saja Rahman ingin menuangkan air panas dari termosnya, tiba-tiba terdengar suara gaduh beberapa meter dari tempatnya berada.

—————

” Kesurupan… kesurupan “

” Tolong jada pintu. jangan sampai dia melompat “

” Dia mengamuk… lho-lho malah ngabur “

Begitulah orang-orang di dalam gerbongnya berteriak. Baru saja mau menyerahkan kopinya kepada pembeli, badan Rahman ditabrak oleh seorang pria kesurupan tadi. Rahman pun terjatuh dan kopi panas tumpah dan mengenai pakaian pembelinya. Semua orang lari ketakutan, seorang ibu berteriak ketakutan dan tak ada yang berani mendekat.

—————

” Jangan takut…jangan takut…. pintu dihadang… tenang… tenang semuanya ” teriak Rahman memberikan perintah.

Rahman menerjangnya dan bergulinganlah mereka berdua di lantai. Pakaian pria dan Rahman kotor. Dibekuknya pria tersebut dan tersadarlah pria tersebut. Kasihan sekali nasib pria kesurupan tersebut karena tidak bisa kerja dan duduk termenung di stasiun Tebet. Begitupun dengan Rahman yang tidak bisa berjualan karena semua barang dagangannya berantakan dimana-mana.

Apa yang telah dilakukan Rahman untuk mengatasi kesurupan pria tersebut ?

Ketagihan Rokok Dan Terapi Kognitif

http://www.cartoonstock.com/directory/

Jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences edisi bulan Juli 2010 merilis sebuah studi baru yang menyatakan ketagihan merokok  dapat diatasi dengan menggunakan otak bagian kanan. Studi ini diharapkan dapat membantu perokok untuk berhenti merokok. Dengan menggunakan teknik  functional magnetic resonance imaging (fMRI), para peneliti mengamati otak dari perokok pada saat  ditunjukkan gambar rokok dan makanan. Ketika perokok mencoba untuk melawan hasrat mereka terhadap  benda yang diinginkan, bagian otak perokok yang  terkait dengan kontrol emosi menunjukkan aktivitas menyala-nyala. Sementara itu  daerah yang terkait dengan keinginan menunjukkan aktivitas tenang. Pemimpin peneliti Hedy Kober, asisten Profesor Psikiatri di Yale School of Medicine, mengatakan bahwa perokok memang dapat mengontrol ketagihan rokoknya bila perokok diberitahu bagaimana cara melakukannya.

Kober dan kawan-kawan menangani studi ketagihan rokok  karena penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa  salah satu prediktor terbaik untuk kambuh pada pelaku substansi adalah adanya  keinginan yang kuat. Akibatnya, banyak program pemulihan menggunakan metode terapi perilaku kognitif untuk melatih otak dalam menghadapi godaan. Metode  ini  dapat menekan emosi dan berpikir logis tentang konsekuensi jangka panjang dari ketagihan rokok.

Sering kali terapi perilaku kognitif berhasil membantu orang berhenti merokok, tak ada yang tahu persis daerah otak yang terlibat dalam proses reduksi ketagihan. Korteks Prefrontal (daerah otak di belakang dahi)  inilah memegang peranan penting  dalam pengendalian kognitif. Sebaliknya  Ventral Striatum (daerah terdalam otak bagian depan)  mengaktifkan ketagihan obat bagi manusia. Untuk menguji teori para peneliti  tentang  pentingnya peranan kedua daerah otak   dalam melawan ketagihan maka para peneliti melakukan uji coba kepada 21 perokok untuk mengetahui berapa besar ketagihan yang dipicu  oleh gambar rokok dan makanan. Para perokok diminta untuk memikirkan konsekuensi negatif jangka panjang.

Ternyata para perokok memiliki hasrat kuat terhadap rokok daripada makanan, tapi mereka mampu mengelola kedua ketagihan tersebut.  Ada penurunan keinginan sekitar sepertiga aktivitas wilayah otak keinginan. Ketika mereka berhasil menahan keinginan,  korteks prefrontal (wilayah regulasi emosional) para perokok menunjukkan peningkatan aliran darah dan aktivitas yang lebih besar. Sementara itu, ventral striatum dan daerah emosional lainnya terkait dengan keinginan  seperti amigdala (struktur berbentuk almond jauh di dalam otak) menunjukkan pengurangan aktivitas .

Kevin Ochsner
, seorang psikolog di Universitas Columbia dan penulis senior studi ini mengatakan banyak orang menganggap ada sesuatu yang salah dengan otak pecandu yang membuat mereka tidak mampu menahan ketagihan.  Tetapi  fakta menunjukkan bahwa perokok bisa mengendalikan nafsu mereka terhadap kecanduan tembakau dan non makanan adiktif.  Ternyata perokok  tidak memiliki motivasi yang cukup kuat atau strategi yang efektif untuk berhenti merokok. Langkah selanjutnya adalah para peneliti menguji otak perokok dengan menggunakan strategi perilaku kognitif dan melihat apakah sesuatu dalam aktivitas otak  dapat memprediksi keberhasilan menghentikan kebiasaan merokok mereka.

Protected by Copyscape Online Plagiarism Software